Heap Seng Leong, Kedai Kopi Tradisional di Kawasan North Bridge Singapura

Beberapa hari lalu saya ngobrol dengan salah satu kawan perihal penghapusan aturan perjalanan selama pandemi oleh pemerintah. Obrolan kami lalu ngalor-ngidul hingga sampai ke masa-masa liburan di Singapura beberapa tahun silam. Kami pun mulai membahas tempat-tempat menarik apa yang ingin kami kunjungi kalau ada kesempatan liburan kembali ke Singapura. Tentunya bukan karena kehabisan ide jalan-jalan, ya. Namun, tempat-tempat tersebut memang meninggalkan kesan bagi kami. Dari beberapa tempat yang kawan saya sebutkan, ternyata ada satu tempat yang kompak ingin kami kunjungi lagi. Kami sama-sama ingin kembali mengunjung Heap Seng Leong Singapura.

Heap Seng Leong adalah sebuah kedai kopi tradisional yang tersohor di Singapura. Kata orang, artefak kopitiam tradisional Singapura ada di kedai kopi yang satu ini. Setelah sempat berkunjung ke sana, saya pun setuju. Heap Seng Leong memang masih sangat menjaga tradisi kopitiam yang otentik. Bahkan, pada kunjungan pertama saja, saya sudah jatuh cinta. Memangnya ada apa dengan Heap Seng Leong ini? Yuk, saya ceritakan sedikit tentang Heap Seng Leong dari kunjungan pertama di beberapa tahun silam.

Heap Seng Leong Singapura (Foto: Instagram @doggaebi)
Heap Seng Leong Singapura (Foto: Instagram @doggaebi)

Lokasi dan Cara Menuju Heap Seng Leong

Heap Seng Leong berlokasi di 10 North Bridge Rd, #01-5109, Singapura. Untuk menuju ke sana, saya memilih untuk naik MRT dari stasiun Chinatown. Pasalnya, jarak stasiun MRT ini cukup dekat dari penginapan dan tentunya soal biaya jauh lebih murah ketimbang menggunakan taksi.

Setelah turun di Stasiun MRT Lavender, saya lanjut berjalan kaki menuju ke Kalang Rd dan Stamford Rd. Dari sana, saya lalu melintasi jembatan yang melintang di atas Rochor River. Tujuan akhirnya adalah North Bridge Road Market & Food Centre. Di area market & food centre inilah Heap Seng Leong berada.

Nuansa Lawas Sangat Terasa di Bagian Dalam Kedai

Setelah bertanya pada beberapa orang, akhirnya saya pun menemukan ruko Heap Seng Leong. Ternyata, penampakan Heap Seng Leong jauh dari kesan modern. Malahan terlampau sederhana dan klasik.

Kesan klasik tersebut semakin terasa saat saya memasuki kedai yang tak begitu besar dengan ruang berbentuk memanjang. Beberapa bagian dinding masih menggunakan keramik-keramik putih model lawas. Tidak ada mesin kopi seperti di kebanyakan coffeshop modern. Semilir angin di dalam ruang kedai terasa hanya dari beberapa kipas angin tua. Lemari pendinginnya yang tergolong klasik juga turut menyita perhatian saya.

(Foto: Instagram @heapsengleong)

Suasana di dalam kedai sedikit lengang. Memang sedang tidak begitu banyak pengunjung. Saat itu hanya ada dua orang bapak yang sudah cukup berumur sedang duduk di meja terpisah. Sementara satu pengunjung lain sedang berdiri di dekat dapur menunggu pesanannya untuk dibawa pulang.

Pria tua pemilik kedai, Mr. Shi Pong Hsu, tampak sedang sibuk membersihkan meja sisa pengunjung sebelumnya. Gaya berpakaiannya sama persis dengan foto-foto yang beredar di internet. Ia hanya menggunakan singlet putih dan celana tidur bermotif garis biru.  

Penasaran Mencoba 3 Menu Andalan yang Banyak Direkomendasikan

“Coffee?” Si kakek pemilik kedai menghampiri saya setelah selesai membersihkan meja.

“Ah, ya, uncle. Yuan yang, go you butter coffee, and kaya toast, please,” saya menjawab cepat.

Tepat seperti ulasan pengunjung lain yang saya baca di internet, si pemilik kedai memang kelewat pendiam. Ia hanya balas mengangguk untuk memberi tanda bahwa sudah paham pada apa yang saya pesan. Ia kemudian berlalu pergi menuju dapur sambil membawa gelas dan piring kotor.

Pemilik Heap Seng Leong dan anaknya
Mr. Shi Pong dan Mr. Shi Ting (Foto: Instagram @singaporelicious)

Yuan yang adalah kopi susu yang dicampur dengan teh. Sementara go you butter coffee merupakan olahan kopi dengan campuran butter khas dari Heap Seng Leong. Kabarnya, wajib untuk mencicipi kedua menu ini saat berkunjung ke sana.

Saya penasaran seperti apa rasanya perpaduan racikan teh dan bubuk kopi. Begitu juga dengan citarasa butter yang meleleh di dalam kopi panas. Apalagi, kedua kopi tersebut adalah hasil racikan tangan pria tua yang legendaris ini.

Untuk memenuhi asupan karbo, saya memesan seporsi kaya toast. Kaya toast adalah salah satu menu sarapan khas warga lokal di Singapura. Banyak yang bilang bahwa nikmat sekali menyantapnya sembari menyeruput kopi ala Heap Seng Long.

Tentang Heap Seng Long dan Perkembangan Kopitiam di Singapura

Selagi menunggu pesanan datang, saya hanya duduk diam sembari mengamati sekitar. Sesekali saya mengambil foto menggunakan kamera hp ala kadarnya. Mata dan ingatan juga ikut menjadi alat perekam andalan.

Di Heap Seng Leong, warga lokal senang menghabiskan waktu sembari ngopi, berbincang-bincang, atau sekadar duduk membaca koran berbahasa mandarin. Sebuah kebiasaan yang sudah perlahan menghilang di sebagian kopitiam bergaya modern.  

Singapura terus berkembang, termasuk dalam soal bisnis kopitiam. Kopitiam bernuansa modern menjamur di mana-mana. Bahkan, pebisnis kedai kopi dengan modal besar menawarkan franchise kopitiam yang merambah hingga ke luar Singapura. Sementara itu, sejak tahun 1970-an, Heap Seng Leong masih berada di tempat yang sama, bertahan dengan konsep dan citarasa klasiknya.  

Cita Rasa Kopi Yang Otentik

Sejenak ritual foto-foto saya terhenti saat anak pemilik kedai datang mengantarkan pesanan. Namanya Mr. Shi Ting Chow. Wajahnya tidak asing. Saya sudah berkali-kali melihatnya dari beberapa foto di internet saat sedang mencari tahu soal Heap Seng Leong. Pria ini yang selalu menemani ayahnya meracik kopi pesanan pengunjung. Ia tidak kalah lincah dari sang ayah saat berada di dapur. 

Segelas yuan yang, butter coffee, dan kaya toast tersaji di hadapan saya. Penampakannya biasa saja, tidak ada bentukan piring dan gelas yang unik. Penyajiannya pun biasa. Hanya saja soal rasa, menurut saya, ketiga menu ala Heap Seng Leong ini luar biasa. 

Menu heap Seng Leong
Yuan Yang dan Kaya Toast (Foto: dok. senadikata)

Saya memang tidak paham betul seperti apa rasa kopi yang baik menurut standar dunia perkopian. Pokoknya, jika di lidah saya rasanya pas, ya berarti enak. Bagi saya yang bukan penggemar berat kopi, saya berhasil dibuat jatuh cinta.

Rasa kedua kopinya pekat, tidak terlalu manis, dan pahit khas kopi masih terasa. Jika dibandingkan dengan janji-janji para wakil rakyat kita yang tercinta itu, butter coffee dan yuan yang jelas masih kalah manis, hehee… Untuk butter coffee, ada tambahan sedikit rasa gurih yang lembut dan aroma wangi khas butter di sela-sela pahitnya kopi. Enak, i like it!!!

Menu Sarapan ala Warga Lokal Singapura (Foto: Instagram @heapsengleong)

Untuk kunjungan berulang ke Heap Seng Leong, saya pasti melakukannya lagi saat berkunjung ke Singapura. Citarasanya bukan hanya otentik bagi kebanyakan orang, tapi juga meninggalkan rindu untuk kembali datang.

Harga yang murah juga ikut menjadi pertimbangan untuk kembali datang ke Heap Seng Leong. Saya pastikan 5 SGD sangat cukup untuk sarapan santai di kopitiam tradisional ini. Jadi, kalau kalian ke Singapura, maka cobalah mampir. Tanpa perlu bersusah payah, percayalah, Heap Seng Leong akan membuatmu segera jatuh cinta padanya.

Heap Seng Leong Singapura

Lokasi: 10 North Bridge Road, #01-5109, Singapura (cek Google Maps)
Jam Buka: 05.00 – 16.00 (setiap hari)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *